Senin, 02 Januari 2012

TARBIYAH (+ MIND Explanation Series)


Beberapa waktu belakangan ini ada Satu Kata yang jadi sering terdengar ditelinga ana yaitu : “TARBIYAH”, ya..kata yang seharusnya tidak asing dikalangan para aktivis dakwah, kini kata itu seakan menggema dalam ruang pikiran…TARBIYAH…TARBIYAH…TARBIYAH, sampai suatu waktu salah seorang sahabat ana bertanya :


  1. apa itu tarbiyah..?
  2. apa itu halaqah..?
  3. apa itu kader..?
  4. apa yang di dapat dari 3 hal di atas..?
  5. apa itu ikhwan dan cowo.. apa itu akhwat dan cewe.., bedanya dimana.., cara memperlakukannya gmana..?
  6. bagaimana kamu menyebut dia seorang kader/bukan…,parameternya apa…?
  7. bagaimana seharusnya kita hidup?
  8. bagaimana dengan diri kita sekarang…?

ada apa sebenarnya dengan Tarbiyah…? Mengapa tiba-tiba banyak rekan-rekan yang mepertanyakan…?ana jadi berfikir mungkinkah karena kata Tarbiyah ini belum difahami benar maknanya meskipun pada kenyataannya secara sadar atau tidak sadar kita sering berinteraksi dengan tarbiyah, baiklah…mungkin dengan kita jawab satu-persatu pertayaan di atas bisa membuat kita lebih faham.


Bismillahirahmanirrahim


Robbis rohlii shodrii, wa yassirlii amrii, wahlul 'uqdatam mil lisaani yafqohu qoulii’

Ya Rabbku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku” (QS. Thoha: 25-28)


Apa itu Tarbiyah…?

Kalo kita bicara Tarbiyah di Indonesia memang tidak dapat dipungkiri akan ada dua sudut pandang, mungkin ini juga yang membuat bingung pemahaman kita, sehingga ana pikir perlu untuk dijelaskan. Sudut pandang pertama adalah Tarbiyah secara Harakah (Pergerakan) dan yang kedua Tarbiyah dari sudut pandang makna tarbiyah itu sendiri, ana tidak akan membahas tarbiyah dari sudut pandang Harakah (gerakan), kalo antum mau tau Tarbiyah dari sudut pandang Harakah ahsannya bisa menyimak pemaparan Wawancara Alm. Ustad Rahmat Abdullah dengan Redaksi situs www.Hidayatullah.com dengan tema Ikhwanul Muslimin Inspirasi gerakan Tarbiyah.


Ok..kita lanjut ya.,.Secara bahasa Tarbiyah asal katanya : rabaa-yarbuu artinya bertambah dan tumbuh, rabiya-yarbi artinya: membentuk , berkembang Rabba-yarubbu yang artinya memperbaiki, mengurus, memimpin, menjaga dan memeliharanya (atau mendidik). Kalo secara istilah ada beberapa yang bisa kita rujuk


Tarbiyah adalah: “Cara ideal dalam berinteraksi dengan fitrah manusia, baik secara langsung melalui kata-kata maupun secara tidak langsung dalam bentuk keteladanan, sesuai dengan sistem dan perangkat khusus yang diyakini, untuk memproses perubahan dalam diri manusia menuju kondisi yang lebih baik”. (Dalam buku Manhaj Tarbiyah ‘indal Ikhwanul Muslimin)


Tarbiyah yaitu memberikan suatu pengaruh dari seluruh kebutuhan yang diperlukan yang telah dipilih untuk membantu anak agar membentuk jasmani, akal dan akhlak dengan betingkat dan berterusan sampai memenuhi suatu target kesempurnaan yang dimampui agar dia dapat hidup bahagia di kehidupan individualnya serta sosial dan jadilah amal anak itu bermanfaat bagi masyarakat. (At-Tarbiyah wa Ta’lim karya Muhammad Yunus dan Qasim Bakar)


Menurut Syeikh Nasiruddin Al-Bani menyimpulkan definisi yang diberikan oleh Imam Baidhawi dan Al-Asfahani, bahwa tarbiyah mengandung pengertian-pengertian sebagai berikut:

  1. Menjaga dan memelihara fitrah manusia .
  2. Pengembangan dan persiapan lengkap untuk memelihara fitrah
  3. Mengarahkan fitrah tersebut untuk mengaplikasikan amalan dalam rangka menegakkan khilafah islamiyah.
  4. Semunya itu dilakukan dengan bertingkat, level demi level, jenjang demi jenjang

(Minhaj Tadris Ulum Syariyah dinukil dalam Risalah Tarbiyah wat Ta’lim karya Abu Hamidah Al-Harbi)


Tarbiyah merupakan usaha yang terus menerus dan pemupukan yang konsisten. (Risalah Tarbiyah wat Ta’lim karya Abu Hamidah Al-Harbi)


Syeikh Umar Muhammad Abu Umar berkata mengenai definisi tarbiyah: “Ialah aplikasi perintah-perintah Allah”. (Al-Jihad wal Ijtihad Ta’amulat fil Manhaj 82)


So…Have you got any Idea What TARBIYAH is about? Bingung…? ^_^ Kalo gitu Yuk…pelan-pelan kita cermati lagi istilah-istilah yang melekat dengan Tarbiyah dari definisi-definisi yang sudah dipaparkan oleh para ulama tadi.

  • Tarbiyah itu “Membentuk” artinya Tarbiyah itu suatu Proses, bukan suatu yang instant , diperlukan upaya, usaha, dan kesabaran untuk menghasilkan hasil yang maksimal

Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan atau pun merasa berat, dan berjihadlah dengan harta dan dirimu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu jika kamu mengetahui” (Q.S At – Taubah : 41)


Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu beruntung. (Q.S Ali – Imran :200)

  • Tarbiyah itu “Konsisten/Istiqamah” artinya secara terus menerus dilakukan sehingga berkembang.

"Wahai sekalian manusia, lakukanlah amalan sesuai dengan kemampuan kalian. Karena Allah tidaklah bosan sampai kalian merasa bosan. (Ketahuilah bahwa) amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah amalan yang kontinu (ajeg) walaupun sedikit." (HR. Muslim no. 782)

"Wahai Abdullah, janganlah engkau seperti si fulan. Dulu dia biasa mengerjakan shalat malam, namun sekarang dia tidak mengerjakannya lagi. (HR. Bukhari no. 1152)


“Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal)” (Q.S Al-Hijr :99)

  • Tabiyah itu “Bertahap” artinya disesuaikan dengan kondisi dan kapasitas

Ya..sebagaimana Allah mentarbiyah Rasul-Nya dengan menurunkan wahyu (Al-Qur’an) secara bertahap, ada hikmah yang bisa kita petik dari sana.


Berkatalah orang-orang yang kafir: "Mengapa Al Qur'an itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?"; demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacakannya secara tartil (teratur dan benar). (Q.S Al – Furqon : 32)


"Maka Aku bersumpah demi cahaya merah pada waktu senja, demi malam dan apa yg diselubunginya, demi bulan apabila jadi purnama, sungguh akan kamu jalani tingkat demi tingkat (dalam kehidupan)" (Q.S. Al-Insyiqaq 16-19)

  • Tarbiyah itu “Agar sesuai Fitrah” artinya Sebagaimana Seharusnya, dilihat dari sudut pandang Allah Subhanahu Wa ta’ala.

Terkadang sering kita menilai sesuatu menurut sudut pandang kita pribadi tanpa kita tahu itu benar atau salah, sudah sesuai dengan yang Allah harapkan atau tidak…?

Masih ingat kisah protesnya malaikat kepada Allah, ketika Allah akan menciptakan manusia sebagai khalifah di bumi, kisah ini diabadikan dalam Al-Quran


Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau?" Tuhan berfirman:"Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui". (Q.S Al Baqarah : 30)


Simak juga Firman-Nya :


“…Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (Q.S Al- Baqarah : 216)


Hmm..Sekali lagi masih dalam surat yang sama Allah menegaskan bahwa Dia Maha mengetahui dan sudut pandang-Nya lah yang harus diikuti.


Nah..dengan Tarbiyah yang objeknya adalah Manusia diharapkan mampu mencetak Manusia-manusia (Generasi) yang memiliki sifat yang sesuai dengan apa yang Allah harapkan/yang sesuai fitrahnya (Generasi Rabbani). Generasi yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya.


Hai orang-orang yang beriman, barang siapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui. (Q.S Al-Maidah : 54)


Jadi bagaimana Kalau kita sederhanakan saja…intinya Tarbiyah adalah suatu proses yang konsisten dan bertahap baik secara langsung maupun tidak langsung untuk membentuk generasi Rabbaniyun (orang-orang yang memiliki sifat yang sesuai dengan apa yang Allah harapkan/ sesuai fitrah).


"Sistem Tarbiyah ini dalam membangkitkan kejayaan Islam akan menjadi jalan yang sangat panjang tapi tercepat, butuh waktu lama tapi terjamin hasilnya, dan perlu banyak pengorbanan namun terjaga Ashalahnya." (Umar At-Tilmisani)

"So...Tunggu apa lagi Ikhwatifillah...? yang belum Tarbiyah Yuk Join sama Tarbiyah...!" ^_^


Beranjak ke pertanyaan ke-dua, Lalu..”Apa itu Halaqah…?”

Ikhwatifillah…Halaqah hanyalah salah satu Sarana dari sekian banyak Sarana Tarbiyah. Ta’lim, Tahsin, Tatsqif, Tabligh, Mukhayyam, Dakwah Fardiyah, I’dad Lughawi, Daurah, Halaqah/Liqo/Mentoring, dan lain-lain, segala proses apapun yang konsisten dan bertahap baik secara langsung maupun tidak langsung untuk membentuk generasi Rabbaniyun itu bisa kita kategorikan ke dalam Sarana Tarbiyah.


Adapun dalam shirah bisa kita lihat bahwa Rasulullah sering memberi pembinaan secara khusus kepada para Sahabat dengan metode ini (Halaqah/liqo/mentoring), kisah yang kita sering dengar biasanya adalah kisah Rasulullah di kediaman Arqam bin abil Arqam atau kisah saat Umar bin Khaththab yang mendatangi rumah adik perempuannya (Fatimah) yang saat itu ada Kaab bin Al-Art yang sedang liqo mengajari Al-qur’an kepada Fatimah dan suaminya,

atau Mari Simak Hadits Berikut :


" ....Ketika beliau keluar tiba-tiba beliau dapati para sahabat duduk dalam Halaqah (lingkaran). Beliau bertanya, " Apakah yang mendorong kalian duduk seperti ini?". Mereka Menjawab, "Kami duduk bedzikir dan memuji Allah atas Hidayah yang Allah berikan sehingga kami memeluk Islam."


Maka Rasulullah bertanya, "Demi Allah, kalian tidak duduk melainkan untuk itu?" Mereka menjawab , "Demi Allah, kami tidak duduk kecuali untuk itu." Maka beliau bersabda, "Sesungguhnya saya bertanya bukan karena ragu-ragu, tetapi Jibril datang kepadaku memberitahukan bahwa Allah membanggakan kalian di depan para Malaikat." (HR Muslim dari Mu'awiyah)


Subhanallah...


Meskipun begitu di era tahun 80’an halaqah/liqo/mentoring ini memang kurang Familiar dikalangan masyarakat awam, namun seiring perkembangan zaman kini metode Halaqah/Liqo/Mentoring sudah banyak digunakan oleh Harakah-harakah Islamiyah karena keefektifannya dalam kaderisasi dan ri’ayah kadernya. Mari kita sejenak Simak Pemaparan Indah Salim. A Fillah mengenai sistem Halaqah ini :


Di tempat inilah (Halaqh/Liqo/mentoring) disambung keteladanan sejarah. Di Forum seperti yang dicontohkan para sahabat, para Ghuraba' (orang-orang terasing) masa kini mewujudkan sabda Nabi bahwa Mu'min itu cermin bagi mu'min yang lain. Mereka saling bercermin diri, tentang perkembangan tilawah Al-Qur'an dan Hafalannya, tentang shalat malamnya, dan tentang puasa sunnahnya. Semangatnya tergugah mendengar yang lain menyalip amal-amalnya. Ia jadi Malu mendapati dirinya tak bisa mengatur waktu.


Mereka saling menyebutkan kabar gembira sampai semua merasa bahagia mendengar salah seorang sahabatnya mendapat nilai A. Mereka saling berbagi agar masalah tak terasa sendiri dihadapi. Ada yang bercerita tentang Amanah-amanah dakwahnya yang katanya semakin mengasyikkan atau semakin menantang. Yang berkeluasan rizqi membawakan pisang goreng yang tadi pagi dibuat ibunya, atau mangga yang dipetik dari halaman rumahnya.


Sesekali mereka ganti setting Forumnya, dengan menginap agar bisa lebih panjang bercengkrama, Lalu mereka dirikan Qiyamullail bersama. Pernah juga mereka lakukan wisata. Mereka bertemu di tempat rekreasi yang sepi, mengingat ilahi dan mengagumi ciptaan-Nya. Mereka berdiskusi disaksikan air Terjun, punggung bukit bercemara, hutan berlembah yang menawan atau pasir putih diterpa gelombang


Tentu saja yang jauh lebih utama, mereka mengingat Allah dalam sebuah kumpulan, agar Allah mengingat mereka dalam kumpulan yang lebih baik. Mereka baca Kitabullah, mereka kupas isinya, mereka dapati bahwa Al-Qur'an menyuruh mereka bersaudara dalam cinta dan mentauhidkan Allah Subhanhu Wa Ta'ala. Tidak ada tekad ketika bubar dan saling bersalaman mendo'akan, selain agar yang mereka bahas menjadi amal kenyataan.


"Tidaklah suatu Kaum berjumpa di suatu rumah dari rumah-rumah Allah, mereka membaca Kitabullah, dan mempelajarinya di antara mereka, kecuali ketenangan turun kepada mereka, rahmat meliputi majelisnya, malaikat menaungi mereka, dan Allah menyebut-nyebut mereka dengan bangga di depan malaikat-malaikat yang ada di Sisi-Nya (H.R Muslim dari Abu Hurairah)


Di sana bisa kita jumpai wajah saudara yang jenaka, yang pendiam, dan yang tampak lelah karena banyak amanah. Tapi Subhanallah ...ini adalah cahaya yang bergetar di antara mereka. Ia bergetar untuk menjadi refleksi jiwa, percepatan perbaikan diri dan perbaikan ummat dalam nedium Atmosfer cinta. Saya tidak ragu lagi menyebut Forum yang terkenal dengan kata Liqa'at (pertemuan) ini , sebagai Getar Cahaya di Atmosfer Cinta.


Bahkan ketika suatu waktu anda yang belum pernah mengikuti forum ini tidak sengaja menemui mereka sedang ada di Masjid kampus, Mushalla sekolah, rumah seorang Ustad atau Markaz Da'wah, lalu anda bergabung dengan niat serta keperluan yang lain atau mungkin karena iseng aja, anda takkan pernah kecewa. Percayalah, anda tak akan pernah kecewa.

"....Seorang Malaikat berkata, "Rabbi, di Majelis itu ada orang yang bukan dari golongan mereka, hanya bertepatan ada keperluan maka datang ke Majelis itu. Allah berfirman, "Mereka adalah ahli majelis yang tiada akan kecewa siapapun yang duduk membersamainya!" (Mutaffaq "Alaih, dari Abu Hurairah)


Maka demi Allah, Apa yang Anda Tunggu...? Perkenalkan diri anda pada mereka sejelas-jelasnya. Katakan, anda ingin bergabung dengan pertemuan pekanan mereka. Kalau Majelis itu sudah terlalu sesak, lalu efektifitasnya drop, pengasuh majelis itu pasti akan mencarikan sebuah majelis lain yang indah untuk anda. Kalau di sekolah anda dan di kampus anda ada kegiatan bernama mentoring, Asistensi Agama Islam atau nama lainnya, barangkali itu pintu lain bagi anda memasuki Getar Cahaya di Atmosfer Cinta ini. Setelah itu bisa jadi Allah akan menguji anda , mungkin dengan perasaan anda bahwa majelis ini tidak seperti yang anda harapkan. Maka Bersabarlah...


"Maka sesungguhnya beserta kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya beserta kesulitan itu ada kemudahan." (Q.S Al-Insyirah : 5-6)


(Saksikan bahwa Aku Seorang Muslim - Salim A Fillah)



Oya..ada satu hal lagi yang sepertinya perlu ana sampaikan mengenai halaqah ini…karena ada beberapa yang berpandangan membedakan antara Halaqah, Liqo, dan Mentoring terkait Marhalah (tingkatan) ataupun Muatan materi yang disampaikan di dalamnya, tidak masalah sebenarnya namun ana pribadi lebih melihat Halaqah/liqo/mentoring itu sebagai suatu aktifitas yang sama hanya berbeda istilah saja.


Ok..lanjut aja ya.. ke pertanyaan ke-tiga : “Apa itu Kader…?”

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia arti dari kader adalah “orang yang diharapkan memegang peran penting di pemerintahan, partai, dsb” (kata pemerintahan, patai,dsb bisa kita

generalisir sebagai Organisasi)


Kader adalah orang atau kumpulan orang yang dibina oleh suatu lembaga kepengurusan dalam sebuah organisasi, baik sipil maupun militer, yang berfungsi sebagai 'pemihak' dan atau membantu tugas dan fungsi pokok organisasi tersebut (Nano Wijaya).


Ana rasa kalo kita baca dan fahami penjelasan di atas insya Allah sudah cukup menerangkan apa atau siapa itu Kader, kalau mau kita sederhanakan kader adalah orang yang dibina dan diharapkan nantinya dapat memegang peran penting dalam suatu organisasi, kalaupun yang dimaksud adalah Kader dakwah karena dari awal kita sedang membahas tentang dakwah berarti yang membedakannya hanyalah naungan Organisainya saja, kader dakwah tentunya adalah orang-orang yang berada dalam naungan organisasi keislaman.


Pengertian ini juga seharusnya bisa menjawab pertanyaan ke-enam : “bagaimana kamu menyebut dia seorang kader/bukan, parameternya apa…?”


Sudah jelas bahwa seorang kader itu tentunya adalah yang berorganisasi dan terlibat aktif dalam kegiatan, khususnya pembinaan dalam organisasi tersebut, ana rasa itu sudah cukup untuk seseorang bisa disebut sebagai seorang Kader, kalau yang dimaksud adalah kader dakwah berarti adalah yang berjamaah dan terlibat aktif dalam proses tarbiyah.


Lanjut..lanjut…^_^ pertanyaan ke-empat : “Apa yang bisa didapat dari Tarbiyah, Halaqah, dan Kader…?”


Jawabannya ana kembalikan saja lagi ke antum lewat pertanyaan ya…! Kira-kira apa yang akan terjadi kalo bumi ini sudah dipenuhi oleh generasi Rabbani…? ^_^


Pertanyaan ke-lima : apa itu ikhwan dan cowo..? apa itu akhwat dan cewe..? bedanya dimana..? cara memperlakukannya gmana..?


Tersenyum ana baca pertanyaan yang ini ^_^…

Ikhwatifillah Tidak ada bedanya antara Ikhwan dengan Cowo atau Akhwat dengan cewe selain pada Istilahnya saja…Ikhwan/Akhwat itu istilah dalam bahasa Arab sedangkan Cowo/cewe itu istilah dalam bahasa Indonesia.


Hmm…tapi ana maklumi pertanyaan ini, karena belakangan ana juga baru tahu kalau ternyata istilah ini (Ikhwan/Akhwat) telah mengalami pergeseran makna bagi sebagian kalangan. Ikhwan/Akhwat biasanya digunakan untuk menyebut kepada mereka yang sudah bersentuhan dengan Tarbiyah, lalu secara zahir Ikhwan identik dengan yang berpakaian koko, memelihara janggut, celana bahan, atau akhwat identik dengan yang mengenakan jilbab panjang, dan segala macam atribut yang menunjukan keislaman sedangkan Cowo/cewe digunakan untuk mereka yang belum bersentuhan dengan tarbiyah dan secara zahir berpakaian modis masa kini.

Ikhwatifillah sungguh cara pandang seperti ini tidak dibenarkan, hal ini hanya akan menimbulkan eksklusifisme diantara kita, sungguh islam tidak menghendaki yang seperti ini


Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (Q.S Al- Hujarat : 13)


No Matter Who We Are, Because :

"...Inna Akramakum 'Indallahi atqakum..." ya..yang membedakan kita disisi Allah hanyalah ketaqwaan bukanlah penampilan lahiriah ataupun lama kita Tarbiyah, karena itu tidak bisa menjadi jaminan ketaqwaan kita dihadapan Allah Subhanahu wa ta’ala.


“Berapa banyak orang yang kusut dan berdebu, memakai pakian yang lusuh, yang tidak mengundang perhatian, namun jika ia bersumpah atas nama Allah niscaya Allah mendengarnya (H.R At-Tirmidzi)


Sahabat Abu Hurairah yang bisa dibilang sahabat yang belakangan masuk Islam, meskipun begitu bukankah dia tidak kehilangan keutamaannya sebagai sahabat yang paling banyak menghafalkan Hadits.


Bahkan dengan orang non Muslim sekalipun kita diperintahkan untuk bermua’malah dengan baik. Ingat kisah Rasulullah yang menyuapi seorang Yahudi buta setiap hari atau Hasan Al Bashri dengan tetangga Nasraninya..? ^_^ hmm..betapa indahnya kalo mengingat kisah itu.


Ok..kita beranjak ke pertanyaan ke-tujuh yuk..^_^ tapi sebelumnya kita Tarik Nafas dulu…

“bagaimana seharusnya kita hidup…?”


Ana tertarik dengan pertanyaan ini, dan seharusnya sebelum pertanyaan-pertanyaan sebelum ini, pertanyaan “Bagaimana seharusnya kita hidup?”, ini yang dilontarkan pertama kali ^_^…ini adalah pertanyaan yang memang seharusnya terlontar dari seorang manusia yang Sadar,


Ikhwati fillah…pernah dengar mengenai Uqdatul Kubro…?

Uqdatul Kubro secara bahasa artinya adalah simpul besar. Banyak juga diartikan sebagai simpul kehidupan yang sangat besar. Kenapa dikatakan sebagai simpul? Karena pada hakekatnya uqdatul qubro adalah 3 pertanyaan mendasar tentang kehidupan. Bila pertanyaan ini berhasil dijawab, maka seseorang akan memiliki landasan kehidupan sekaligus tuntutan dan tujuan hidupnya atau dengan kata lain menjadi ideologi pribadinya. Bagaimana bila tidak berhasil di jawab? maka orang tersebut akan terus berada dalam kebimbangan dalam hidupnya. Oleh sebab itu orang yang ingin tahu bagaimana seharusnya hidup harus mampu mengurai Uqdatul Kubro ini agar memiliki visi dan orientasi hidup yang jelas. Apa saja 3 pertanyaan mendasar itu :

  1. Dari manakah manusia dan kehidupan ini?
  2. Untuk apa manusia dan kehidupan ini diciptakan?
  3. Akan kemanakah manusia dan kehidupan ini?

Nah..Ikhwatifillah sekarang ana ingin antum coba sejenak tinggalkan dulu segala kesibukan yang ada, lupakan dulu permasalahan-permasalahan duniawi yang ada dalam pikiran, posisikan diri antum sebagai seorang yang akan ber-uzlah (menyendiri) lalu mari renungkan tiga pertanyaan ini dengan serius…


“Dari manakah aku dan kehidupan ini…?”


“Bukaknkah terlalu janggal kehidupan ini untuk sebuah kebetulan..?”


“Planet, Bulan, Bintang, Matahari, Siang, Malam, Hewan, Tumbuhan…?”


“Bagaimana mungkin Segala sesuatu di alam ini bisa begitu teratur…?”


“Teruslah Merenung ikhwatifillah….!”


“Lalu tiba-tiba antum sudah sampai pada kesimpulan :


“Aku yakin bahwa ada Dzat yang Maha Kuasa di balik semua ini.” “Namun Siapa Dzat itu…?”


jangan berhenti merenung, Lanjutkan dengan pertanyaan :


“Lalu untuk apa aku dan kehidupan ini diciptakan…?”


“Apa yang diinginkan sang Maha Kuasa dari semua ini..? Apa yang harus aku lakukan…?


“Sampai Kapan aku harus berada di sini?”


“Akan Kemanakah aku dan kehidupan ini berujung..?”


“Adakah kau Temukan Jawaban dari Semua Pertanyaan itu Saudaraku?”


“Belum..?” ^_^


Jangan Khawatir karena Dzat yang Maha Kuasa itu tidak akan membiarkan hamba-Nya dalam keresahan dan kebingungan, oleh sebab itu Dia Turunkan Utusan (Rasul) dari kalangan kita sendiri (Manusia) dengan membawa Pedoman Hidup (Al-Qur’an) yang dapat menjawab semua Pertanyaan itu.


“Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul di antara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan menyucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al Kitab dan Al-Hikmah (As Sunah), serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.” (Q.S Al-Baqarah : 151)


Ya…hanya pada Al-Qur’an-lah ada jawaban dari Uqdatul Kubra



Allah-lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanyadalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'arsy. Tidak ada bagi kamu selain daripada-Nya seorang penolong pun dan tidak (pula) seorang pemberi syafa'at. Maka apakah kamu tidak memperhatikan? (Q.S As-Sajadah :4)


Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka (Q.S Ali Imran 190 -191 )


Sedangkan kita…


"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Suci lah Allah, Pencipta Yang Paling Baik. (Q.S Al- Mu’minun 12-14)


Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat.

(Q.S Al Insan : 2)


Lalu.. Untuk Apa kita dan kehidupan ini ada…?


Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. Aku tidak menghendaki rezeki sedikit pun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi Aku makan. Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezeki Yang Mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh. (Q.S Adz Dzaariyaat : 56 – 58)


Maha Suci Allah Yang di tangan-Nya lah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu, Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun (Q.S Al Mulk 1-2)


Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S Al Hasyr : 18)


Wahai Diri…Sesungguhnya ini semua dari Dia oleh Dia untuk Kita…


Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (Q.S Ar Rahman)


Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Qur'an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar. (Q.S At Taubah : 111)


Barang siapa membawa amal yang baik maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya;dan barang siapa yang membawa perbuatan yang jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikit pun tidak dianiaya (dirugikan). (Q.S Al An’am 160)


Lebih dari itu…


Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

(Q.S An-Nahl : 18)


Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (Q.S Ar Rahman)


Tetapi engkau wahai diri…


Katakanlah: "Dia-lah Yang menciptakan kamu dan menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati". (Tetapi) amat sedikit kamu bersyukur. (Q.S Al-Mulk: 23)


Padahal…


Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (Q.S Ibrahim : 7)


Fahamilah Wahai diri…Karena Sesungguhnya Apapun yang Kita Perbuat (Kebaikan/Keburukan) Tidak Akan Pernah Menambah atau Mengurangi Sedikitpun Kemuliaan- Nya…


Pilihlah… Istaftii qalbak (mintalah fatwa pada hatimu) dengan penuh kejujuran…

Karena kita tidak pernah tau nanti maka lakukanlah yang terbaik...


maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya, (Q.S Asy Syams :8)


Lantas apa Motif dibalik semua ini…?


Begitulah susunan kejadiannya. Di awal hanya ada Al-Quran sendiri. Lalu Ia menciptakan arsy-Nya di atas air. Setelah itu Ia menciptakan pena. Kemudian dengan pena itulah Ia menitahkan penulisan semua makhluk yang akan Ia ciptakan di alam raya ini: langit, bumi, malaikat, manusia, jin hingga surga dan neraka. Dengan pena itu juga Ia menitahkan penulisan semua kejadian dengan urutan-urutan dan kaitan-kaitannya pada dimensi ruang dan waktu yang akan dialami makhluk-makhluk-Nya.


Tampaknya dengan sengaja Ibnu Katsir mengawali bahasan sejarahnya dalam Awal Dan Akhir dengan cerita tadi. Tiba-tiba saja sejarah terbentang sebagai sebuah cerita penciptaan tanpa henti. Dari Allah awalnya, dan kelak kesana akhirnya. Tapi jika Allah tidak mendapatkan manfaat dari ciptaan-ciptaan-Nya, maka tidak ada yang dapat menjelaskan motif di balik cerita kehidupan itu kecuali hanya satu:CINTA!


"Maka", kata Ibnul Qoyyim dalam Taman Para Pecinta, "semua gerak di alam raya ini, di langit dan bumi, adalah gerak yang lahir dari kehendak dan cinta." Dengan dan untuk itulah alam ini bergerak. Kehendak dan cintalah alasan pergerakan dan perhentiannya. Bahkan dengan dan untuk kehendak dan cinta jugalah alam ini diciptakan. Maka tak satupun makhluk di alam ini yang bergerak kecuali bahwa kehendak dan cintalah motif dan tujuannya. Sesungguhnya hakikat cinta adalah gerak jiwa sang pencinta kepada yang dicintainya. Maka cinta adalah gerak tanpa henti. Dan inilah makna kebenaran ketika Allah mengatakan: "Dan tiadalah Kami menciptakan langit dan bumi serta semua yang ada diantaranya kecuali dengan kebenaran."(QS. Al Hijr: 85)


Jadi cinta adalah makna kebenaran dalam penciptaan. Itu sebabnya, hati yang dipenuhi dengan cinta lebih mudah dan cepat menangkap kebenaran. Cinta tidak tumbuh dalam hati yang dipenuhi keangkuhan, angkara murka dan dendam. Cinta melahirkan pengakuan dan kerendahan hati. Cinta adalah cahaya yang memberikan kekuatan penglihatan pada mata hati kita. Begitulah cinta akhirnya membimbing tangan Abu Bakar, Al Najasyi, atau Cat Steven kepada Islam. Begitu juga akhirnya keangkuhan menyesatkan Abu Jahal, Heraklius, atau Sadam Husain. Cinta dalam jiwa, kata Iqbal, serupa penglihatan pada mata.


Pengetahuan bahkan bisa menyesatkan kalau ia tidak dibimbing oleh kelembutan tangan cinta. Itu kebutaan, kata Einstein. Sebab ia tidak melahirkan pengakuan dan kerendahan hati. Itu juga yang menjelaskan mengapa ilmu pengetahuan modern justru menjauhkan Barat dari Tuhan. Disana cinta tidak membimbing pengetahuan. Maka dengan penuh keyakinan Iqbal kemudian berkata dalam Javid Namah:


Pengetahuan bersemayam dalam pikiran, Tempat cinta adalah hati yang sadar-jaga; Selama pengetahuan yang tak sedikit juga mengandung cinta, Adalah itu hanya permainan sulap si Samiri; Pengetahuan tanpa Ruh Kudus hanya penyihiran.


------- Anis Matta, Cermin Kebenaran, Serial Cinta -----


Akan kemana kita dan kehidupan Setelah ini?


Katakanlah: "Dia-lah Yang menjadikan kamu berkembang biak di muka bumi, dan hanya kepada-Nya-lah kamu kelak dikumpulkan". (Q.S Al Mulk : 24)


Pada hari, ketika ruh dan para malaikat berdiri bersaf-saf, mereka tidak berkata-kata kecuali siapa yang telah diberi izin kepadanya oleh Tuhan Yang Maha Pemurah; dan ia mengucapkan kata yang benar. Itulah hari yang pasti terjadi. Maka barang siapa yang menghendaki, niscaya ia menempuh jalan kembali kepada Tuhannya (Q.S An Naba : 38 – 39)


(Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan) pada hari ketika tiupan pertama menggoncangkan alam, tiupan pertama itu diiringi oleh tiupan kedua. Hati manusia pada waktu itu sangat takut, pandangannya tunduk. (Q.S An Naziat 6-9)


Sesungguhnya kepada Kami-lah kembali mereka, kemudian sesungguhnya kewajiban Kami-lah menghisab mereka. (Q.S Al Ghaasyiyah 25 – 26)


Nah…Mudah-mudahan setelah terbahasnya Uqdatul Kubro sekarang antum sudah mempunyai visi dan orientasi yang Jelas mengenai kehidupan, dan mulai memperbaharui lagi komitmen antum terhadap Islam, bahwa sesungguhnya kita memilih Agama Islam ini bukanlah lagi karena sekedar Keturunan dari Ayah/Ibu kita, tetapi kita memilih Islam ini karena memang kita yakin bahwa islam membawa ajaran yang benar yang tidak bisa kita dapat dari agama selain islam, ajaran dari Dzat yang Maha Kuasa.


Huff…~_~” Akhirnya sampai juga di pertanyaan terakhir


bagaimana dengan diri kita sekarang…?


Ana rasa Jawaban Pertanyaan ini diri kita masing-masing yang paling tau Jawabannya...namun untuk memudahkan mengetahuinya kita simak renungan berikut ini :


“Di dunia, dari banyaknya jumlah manusia,

hanya sedikit saja dari mereka yang SADAR. Dan dari

sedikit yang sadar itu, hanya sedikit saja yang

BER-ISLAM. Dari mereka yang ber-Islam, jauh lebih

Sedikit lagi yang BERDA’WAH. Dari mereka yang

Berda’wah, jauh lebih sedikit lagi yang BERJUANG.

Dari sedikit yang berjuang, jauh lebih sedikit lagi yang

BERSABAR. Dan dari sedikit yang bersabar itu, hanya

sedikit saja dari mereka yang

SAMPAI AKHIR PERJALANAN.”

(Imam Syahid Hasan Al-Banna)


Termasuk yang mana kita…? Atau bahkan untuk mengetahui siapa diri ini pun…belum…


Seorang wartawan mewancarai Imam Syahid Hasan Al Banna tentang pribadi beliau dan meminta agar beliau menjelaskannya untuk masyarakat. Maka Imam Syahid – Semoga Allah Merahmatinya – Menjawab :


“ Aku adalah pengembara yang mencari hakikat, manusia yang mencari makna kemanusiaan di tengah masyarakat, dan warga Negara yang menginginkan agar ummatnya mendapat kemuliaan, kemerdekaan, kestabilan, dan kehidupan yang baik dalam naungan Islam yang Hanif. Aku adalah lelaki bebas yang telah mengetahui rahasia keberadaannya, kemudian berseru. “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanya untuk Allah, Tuhan Semesta alam yang tiada sekutu bagi – Nya. Dengan itulah aku diperintah, dan aku termasuk orang-orang yang berserah diri.” “Inilah Aku, Lantas Siapa Kamu?”


Itulah ungkapan dari seseorang yang telah memiliki ideologi hidup yang jelas tidak terlihat sedikitpun keraguan padanya.


Alhamdulillahirabbil ‘alamin…Al haqqu min Rabbik fa laa taquunanna minal mumtarin,

Subhaanakallahumma wa bihamdika asyhadu alaa ilaaha illa anta astghhfiruka wa atuubu ilaika..

Wallahu a’lam bi shawab





27 Muharram 1433 H

Muhammad Haritzahzen