Senin, 25 Juni 2012

Futur




Bismillahirahmanirrahiim.... Ok Lanjut lagi yaa...^_^


Jadi kita balik lagi neh ke pertanyaan utamanya yaitu :
“Kalau kita merasa jauh sama Allah bagaimana cara kita agar dekat lagi sama Allah, terus mau melakukan ibadah terasa Malas dan ngga punya Semangat?”

Hmm..kalo boleh ana sederhanakan saja, kita sering mengistilahkan fenomena ini dengan istilah “FUTUR”. Secara lughat (bahasa), futur adalah putus setelah bersambung atau tenang setelah bergerak; malas, lambat, pelan, setelah rajin dan bersungguh-sungguh. Masalah futur ini kaitannya dengan kadar keimanan seseorang, kondisi iman seseorang sifatnya fluktuatif, nah.. kondisi futur adalah kondisi dimana Iman seseorang sedang menurun, dalam Al-Qur’an kita bisa mentadaburi surat al-Anfal :

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhan-lah mereka bertawakal (Q.S Al-Anfal : 2)”

Ayat ini mengindikasikan bahwa Iman itu bisa bertambah, secara logika bila bisa bertambah tentu bisa juga berkurang atau Stabil (tidak bertambah/berkurang). Lebih jelas diterangkan dalam beberapa hadits :

”Iman itu kadang naik kadang turun, maka perbaharuilah iman kalian dengan la ilaha illallah.” (HR Ibn Hibban)

Rasulullah SAW pernah bersabda pada riwayat dari Abdullah bin Amr bin Ash ra :

”Setiap amal itu ada masa semangat dan ada masa lemahnya. Barangsiapa yang pada masa lemahnya ia tetap dalam sunnah (petunjuk) ku, maka dia telah beruntung. Namun barangsiapa yang beralih kepada selain itu, berarti ia telah celaka.” (Musnad Imam Ahmad)

,dan seperti yang ana katakan di awal fenomena seperti ini bukanlah suatu fenomena yang baru, futur ini adalah fenomena yang sudah sering terjadi pada kita dan siapa saja, bahkan kalo kita melihat sejarah kita akan teringat kisah…, kisah siapa Hayoooo…?

“Yaa..betul…!” Kisah Nabiallah Yunus ‘Alaihi salam,

Allah mengutus Nabi Yunus kepada penduduk Naynawi. Dia menyuruh penduduk di tempat itu untuk menyembah Allah dan meng-Esa kan-Nya. Namun, mereka tidak beriman sehingga nabi Yunus merasa sesak dadanya berada di tengah mereka dan dia marah, lalu apa yang terjadi Ikhwatifillah…Nabi Yunus memutuskan untuk tidak melanjutkan da’wahnya ia memilih pergi dengan sebuah Kapal di sungai Tigris, kalo bahasa kasar kita nya mah..lari dari amanah gitu…hayooo ada yang tersindir neh sepertinya he.., lalu Allah pun memberikan pelajaran penting bagi nabi Yunus atas ketidaksabarannya dalam berda’wah. Kapal itu bergoyang hebat dan hampir saja tenggelam. Orang-orang yang berada di atas kapal akhirnya melakukan undian siapa yang akan dibuang ke laut sebagai usaha untuk meringankan beban kapal itu, dalam 3 kali undian ternyata undian itu jatuh kepada Nabi Yunus. Maka, merekapun melemparkan nabi Yunus ke laut dan dia pun ditelan Ikan besar atas perintah Allah. Maka Nabi yunus bertobat dan minta ampun kepada Allah.

“masih ingat do’anya Nabi Yunus yang masyhur dalam Al-Qur’an…?” Na’am ada di surat Al-Anbiya
“Dan (ingatlah kisah) Zun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap:” Laa Ilaaha Illaa Anta Subhaanaka Innii Kuntu Minazh Zhaalimiin" (Bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim."). (Q.S Al Anbiya : 87)

Hafalin ya..Ikhwatifillah…karena ada juga hadits yang menyebutkan :

Sa’ad bin Malik r.a meriwayatkan bahwa ia mendengar Rasulullah saw bersabda, “Maukah kalian aku tunjukkan nama Allah yang teragung, yang jika ia diseru dengannya, maka ia akan menyambut dan jika Ia diminta dengannya, maka ia Akan memberi?” (Yaitu) doa yang digunakan oleh Nabi Yunus ketika berseru dalam (kondisi) tiga kegelapan, “:” Laa Ilaaha Illaa Anta Subhaanaka Innii Kuntu Minazh Zhaalimiin" (Bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim."). Salah seorang berkata , “Wahai Rasulullah, apakah itu untuk Nabi Yunus secara khusus atau untuk kaum Mukminin secara umum?” Rasulullah bersabda, “Tidakkah kau dengar firman Allah, “Maka Kami memperkenankan doanya dan menyelamtakannya dari kedudukan,Dan demikanlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman.” (H.R Al-Hakim)

Kisah Nabi Yunus ini juga diabadikan Allah dalam Al-Qur’an :

“Sesungguhnya Yunus benar-benar salah seorang rasul, (ingatlah) ketika ia lari, ke kapal yang penuh muatan, kemudian ia ikut berundi lalu dia termasuk orang-orang yang kalah dalam undian. Maka ia ditelan oleh ikan besar dalam keadaan tercela Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah, niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit. Kemudian Kami lemparkan dia ke daerah yang tandus, sedang ia dalam keadaan sakit. (Q.S Ash-Shaaffaat : 139-145)”

Nah selain Kisah nabi Yunus coba kita simak juga kisah Salah seorang sahabat rasulullah saw yaitu Hanzhalah ibn Rabi’ r.a.

Ketika Abu Bakar berkunjung dan menanyakan kabarnya, Hanzhalah pun menjawab, “Hanzhalah telah Munafiq!”. Terperanjat Abu Bakar, lalu ia berkata, “Subhanallah, apa yang engkau ucapkan?”. Lalu kata Hanzhalah, “Kita sering bersama rasulullah, beliau mengingatkan kita tentang surge dan neraka seolah-olah kita melihatnya dengan mata kepala. Namun ketika kita keluar dari sisi rasulullahbercengkrama dengan anak-anak serta sibuk dengan pekerjaan kita pun banyak melupakannya.”
“Demi Allah ! Sesungguhnya kami juga merasakan hal seperti ini!”, sahut Abu Bakar membenarkan.
Setelah itu merekapun menayakan hal ini kepada Rasulullah, lalu Rasulullah pun menentramkan hati mereka dengan Sabdanya :

“…Demi Dzat yang jiwaku di tangan-Nya. Seandainya kalian selalu dalam keadaan sebagaimana ketika kalian ada di sisiku dan dalam berdzikir, niscaya Malaikat akan menjabat tangan kalian di tempat-tempat tidur, dan di jalan-jalan kalian. Akan tetapi sesaat demi sesaat, wahai Hanzhalah..! Sesaat demi sesaat wahai Hanzhalah, sesaat demi sesaat!” (H.R Muslim dalam shahihnya dari Hanzhalah)

“Subhanallah…!” ternyata Nabi dan Sahabat Rasul yang mulia saja pernah merasakan futur ikhwatifillah.., yaa..apalagi kita yang secara kualitas keimanan bisa dibilang jauh dari mereka…~_~”

“Eits..tapi harus adil ya berpikirnya…karena ana sering menyaksikan kita suka menjadikan kelemahan-kelamahan para Nabi dan Rasul ataupun para Sahabat yang sifatnya manusiawi juga sebagai excuse atas kelemahan kita, seperti contoh kata-kata ana di atas, tetapi untuk hal-hal yang sifatnya Tauladan-tauldan Kebaikan justru kita malah sering berhujjah dengan sifat kemulian mereka dengan melontarkan kalimat : 

“Ah..wajarlah itu kan Nabi/Rasul, kita akan hanya manusia biasa jadi ya..mana bisa…”

“Ikhwatifillah bukankah Nabi dan Rasul atau sahabat juga manusia biasa..?” harus kita fahami bahwa salah satu hikmah diturunkannya Nabi dan Rasul dari kalangan kita (manusia) justru supaya tidak ada lagi Hujjah atau alasan bagi kita untuk tidak mau menjalankan syari’at-Nya.

Ok..balik lagi ke masalah Futur, kalo kita simak dua kisah tadi kita bisa mengetahui beberapa penyebab yang dapat menjadikan kita futur diantaranya:

1. Lingkungan yang tidak kondsif, sudah kita lihat betapa beratnya Nabi Yunus berada di tengah-tengah lingkungan yang sudah begitu jauh dari nilai-nilai kebenaran sehingga menyebabkan ia futur.

2. Kalo dari kisah Hanzhalah kita bisa mengetahui bahwa berlebih-lebihan dalam perkara yang mubah lalu melupakan akhirat juga bisa menyebabkan kita futur.

3. Penyebab lainnya bisa karena Suka bersendiri dan berjauhan dari jamaah


“Sesungguhnya setan itu serigala bagi manusia, seperti serigala bagi kambing,
ia akan menerkam kambing yang keluar dan menyendiri dari kawanannya. Karena itu,

jauhilah perpecahan, dan hendaklah kamu bersama jama'ah dan umat umumnya”

(HR. Ahmad & Tirmidzi)


4. Membatasi aktivitas pada aspek tertentu saja, sehingga muncul rasa jemu lalu lama kelamaan menjadi futur.

Ali bin Abi Thalib ra berkata: Sesungguhnya hati ini bisa bosan sebagaimana badan bisa bosan; maka hiburlah dia dengan cerita-cerita lucu dan hikmah. Dan Aisyah berkata kepada Lubaid bin Umair: Janganlah membuat orang menjadi bosan dan putus asa. Dan Al-Zuhri jika ditanya tentang hadits dia menjawab: Selingilah dan barengilah pelajaran hadits dengan yang lainnya sehingga jiwa menjadi terbuka. Ibnu Mas’ud t berkata: Hiburlah hati, sebab hati yang benci akan menjadi buta. (Al-Adabus Syar’iyah, Ibnu Muflih 2/102)

5. Kurang memahami makna Syukur

Tau kah ikhwatifillah diantara hikmah diulangnya ayat “Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?” dalam surat Ar-Rahman, “sebanyak 31 kali ya kalo ga salah…? Coba dicek lagi sendiri ya…he..!”, itu adalah untuk menunjukkan bahwa betapa banyak dosa yang kita perbuat yang penyebabnya adalah karena kurangnya kita bersyukur terhadap nikamt-nikmat yang telah diberikan-Nya, kita sering menggunakan mata, kaki, tangan, dan segala macam nikmat lainnya yang Allah berikan justru untuk bermaksiat kepada-Nya.

“Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat lalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).(Q.S Ibrahim :34)

Ini sebatas yang ana ketahui tentang penyebab-penyebab futur, mungkin kalo antum/na mencari sumber-sumber lain masih banyak lagi yang dapat menjelaskan mengenai sebab-sebab futur. Namun mudah-mudahan apa yang ana sampaikan mencukupi,lalu selanjutnya yang terpenting adalah bagaimana ketika futur menghampiri kita.

“Nah..Ikhwatifillah sebenernya caranya sederhana, namun mungkin aplikasinya yang kadang masih kita rasa berat untuk dijalankan, karena futur ini termasuk perkara hati, maka ingat apa obat saja hati..? Lupa…?” kalo gitu yuk kita bernasyid sejenak :


“Obat hati ada lima perkaranya

Yang pertama baca Quran dan maknanya

Yang kedua sholat malam dirikanlah

Yang ketiga berkumpullah dengan orang sholeh
Yang keempat perbanyaklah berpuasa
Yang kelima dzikir malam perpanjanglah
Salah satunya siapa bisa menjalani
Moga-moga Gusti Allah mencukupi”

(Obat hati – Opick)

“Nah..sudah inget kan sekarang?” itu lah kira-kira yang bisa membantu kita bangkit dari futur, seringkali kita dengar nasehat obat hati itu,namun nampaknya karena terlalu sering malah menjadi seperti angin lalu, padahal kalo kita pahami secara benar, insya Allah itu sudah memadai.
  • Baca Al-Qur’an dan Maknanya
Kalo kita flashback sejenak ke ayat al-qur’an yang menceritakn tentang kisah Nabi Yunus a.s :
“Sesungguhnya Yunus benar-benar salah seorang rasul, (ingatlah) ketika ia lari, ke kapal yang penuh muatan, kemudian ia ikut berundi lalu dia termasuk orang-orang yang kalah dalam undian. Maka ia ditelan oleh ikan besar dalam keadaan tercela Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah, niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit. Kemudian Kami lemparkan dia ke daerah yang tandus, sedang ia dalam keadaan sakit. (Q.S Ash-Shaaffaat : 139-145)”
Jelas disitu disebutkan bahwa kalo saja Nabi Yunus tidak banyak mengingat Allah maka ia akan tetap dalam keadaan tercela dan tidak akan diselamatkan oleh Allah, maka bisa kita katakan bahwa cara untuk bisa bangkit dari futur adalah dengan banyak mengingat Allah, nah membaca Al-Qur’an adalah salah satu cara mengingat Allah yang paling baik.
  • Mendirikan Shalat Malam
“Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu: mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji. (Q.S Al-Israa :79”)
  • Berkumpulah dengan orang-orang Saleh
Sudah kita ketahui di awal bahwa lingkungan yang kurang kondusif dan menjauh dari jama’ah adalah penyebab futur maka solusinya hijrahlah ke lingkungan yang berisi orang-orang yang saleh. Salah satu solusi yang ana tawarkan adalah ikutilah Liqo-liqo Tarbawi, hal ini sudah pernah ana coba bahas di Note ana sebelumnya yang berjudul : TARBIYAH ( + MIND Explanation Series) kalo berkenan silahkan dibaca kembali
  • Perbanyak Berpuasa
insya Allah Sudah banyak Dalil-dalil yang menjelaskan tentang keutamaan berpuasa, jadi ana rasa tidak perlu ana sampaikan lagi, tapi yang pasti dengan puasa ini melatih kesabaran kita, belajar dari kisah Nabi yunus lagi bahwa beliau futur salah satu sebabnya juga karena ketidaksabarannya.
  • Dzikir
Untuk dzikir ana menyarankan di Pagi dan Petang, ana rekomendasikan antum/na bisa menggunakan dzikir Al-Ma’tsurat yang isinya merupakan kumpulan dzikir dari al-Qur’an dan Hadits yang dicontohkan oleh Rasulullah,

“Hmm…mungkin diantara antum/na sekalian ada yang masih mempertanyakan, “bagaimana mungkin kita mau melakukan amalan-amalan tersebut sedangkan kondisi kita saja sedang futur?”

Kalo seperti itu ana hanya bisa menyampaikan seperti yang Rasulullah sampaikan kepada hanzhalah, namun kali ini ana sampaikan kepada antum/na, ^_^ :

sesaat demi sesaat, wahai Saudaraku..! Sesaat demi sesaat wahai Saudaraku, sesaat demi sesaat!”
(lain waktu ana harap gantian antum/na yang ingatkan ana )

“Ya…sesaat demi sesaat…perlahan saja dan bertahap…Mulailah dengan memaafkan diri kita sendiri dulu, 
lalu mulailah dari amalan yang kita rasa paling mudah untuk kita lakukan,..kalo masih berat juga ingat ayat ini dan azamkan :

“Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan atau pun merasa berat, dan berjihadlah dengan harta dan dirimu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu jika kamu mengetahui” (Q.S At-Taubah : 41)

dan Akhirnya Mari..kita bangkit dari Futur”

“Nah..gimana Ikhwatifillah..Insya Allah sudah jelas ya…!”

Oh iya ada satu lagi yang ingin ana sampaikan, Sebenernya yang paling menetukan kita untuk bisa bangkit dari futur adalah diri kita pribadi, karena sebesar apapun motivasi yang dating dari luar diri kita sendiri lah yang akan menetukan, disinalah pentingnya “TARBIYAH DZATIAH” Apa itu Tarbiyah Dzatiah..? intinya seh : Suatu proses pembinaan yang dilakukan dari, oleh dan untuk diri kita sendiri, tentang Tarbiyah Dzatiaah ini belum memungkinkan untuk ana bahas saat ini, Insya Allah lain waktu.

Kalo bicara mengenai tentang Futur ini, ana jadi teringat masa-masa dua tahun silam saat-saat baru masuk fase pasca kampus, itulah masa dimana ana merasakan futur, betapa jauh droop nya kondisi ruhiah ana, terkenang wajah-wajah kalian Saudaraku, apakah kalian merasakan yang sama?”

”Yaa muqallibal quluub, tsabbit qalbii ‘alaa diinika” ”Wahai Rabb yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku pada agama-Mu” Aamiin... (Hadist Riwayat at-Tirmidzi, Ahmad dan al-Hakim dishahihkan oleh adz-Dzahabi)

Sudut pandang lain mengenai futur

Dengan adanya futur sebagai fitrah pada manusia, membuat kita bisa mengetahui kondisi hati kita. Dosa-dosa akan membuat hati gelisah dan merasa sedih, kegelisahan dan kesedihan ini terkumpul menjadi satu dalam hati sesaat setelah melakukan dosa dan kesalahan. Ini adalah ciri orang yang hatinya dipenuhi keimanan, mereka tidak akan pernah merasakan kelezatan dan kebahagiaan dengan sempurna selamanya dalam perbuatan maksiat. Saat melakukan maksiat , secara spontan kegelisahan memenuhi hatinya, akan tetapi bagi orang yang hatinya sudah dipenuhi dengan hawa Nafsu maka perasaan ini akan tertutupi. Oleh karena itu, siapa saja yang hatinya tidak lagi merasa gelisah ketika berbuat maksiat, maka segeralah mengoreksi kadar keimanannya, dan hendaknya ia meratapi kematian hatinya.

Malik bin Dinar pernah berkata, “bila hati tidak lagi merasa sedih dan gelisah , maka ia telah rusak sebagaimana rumah yang runtuh karena tidak lagi dihuni.”

Kesedihan dan kegelisahan bukan saja menjadi standar selamatnya hati. Akan tetapi lebih dari itu, menurut Hasan Al Bashri kesedihan dan kegelisahan merupakan salah satu penyebab masuknya seseorang ke dalam surga. Ia berkata , “ Seorang Mukmin pasti tidak luput dari dosa. Akan tetapi ia akan selalu merasa sedih karena dosa yang ia perbuat, sampai akhirnya ia masuk surga.”

Ibnu Qayyim berkata, ”Saat-saat futur bagi seseorang yang beramal adalah hal wajar yang harus terjadi. Seseorang masa futurnya lebih membawa ke arah muraqabah (pengawasan oleh Allah) dan pembenahan langkah, selama ia tidak keluar dari amal-amal fardhu dan tidak melaksanakan sesuatu yang diharamkan oleh Allah, diharapkan ketika pulih ia akan berada dalam kondisi yang lebih baik dari keadaan sebelumnya. Sekalipun sebenarnya, aktivitas ibadahnya yang disukai Allah adalah yang dilakukan secara rutin oleh seorang hamba tanpa terputus.” (Madarij As-Salikin)

Ikhwatifillah…sekali lagi ana tegaskan tidak ada manusia yang terlepas dari futur, karena memang manusia terbaik bukanlah manusia yang tidak pernah berbuat dosa, manusia terbaik adalah manusia yang apabila dia berbuat dosa, maka ia segera bertaubat kepada Allah

“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa”,(Q.S Ali –Imran : 133)

Bahkan jika ada suatu kaum yang tidak pernah berbuat dosa, maka Allah akan mengganti kaum tersebut dengan kaum yang berbuat dosa kemudian bertaubat kepada Allah dan Allah mengampuninya. Sebagaimana dalam sebuah riwayat dari Abu Hurairah r.a dia berkata Rasulullah saw bersabda,

Demi Dzat yang diriku di Tangan-Nya, kalau saja kalian tidak berbuat dosa, Allah akan lenyapkan kalian dan Allah akan mendatangkan suatu kaum yang berbuat dosa lantas mereka memohon ampun kepada Allah, hingga Allah mengampuni meeka (H.R Muslim)

Sebelum ana akhiri tulisan ini ana ingin mengucapkan Jazakumullah Khair kepada antum/na yang sudah menjadi motivasi dan Inspirasi ana untuk menulis selama ini dan mohon maaf atas segala keterbatasan ana yang belum mampu membantu antum/na secara maksimal…semoga lewat tulisan ini ada Kebaikan yang bisa diberikan Aamiin..yaa Rabbal’alamiin.

“Alaa qad balaghtu…Allahumma Faasyhad…”
‎"Fa Maa Uriidu Illal Ishlaaha Maastatha'tu"

Alhamdulillahirabbil ‘alamin…Al haqqu min Rabbik fa laa taquunanna minal mumtarin,
Subhaanakallahumma wa bihamdika asyhadu alaa ilaaha illa anta astghhfiruka wa atuubu ilaika..

Wallahu a’lam bi shawab


Bekasi, 9 Rabbi’al Awwal 1433 H
Muhmmad Haritzahzen

Tidak ada komentar: