Selasa, 15 November 2011

Pesan Balasan untuk Saudaraku (Akhi)


Beberapa waktu yang lalu  ana menerima sms dari salah seoang sahabat baik seperti ini isinya :
“ Assalamu’alaikum..Kaifa Haluk ya Akhi? Sibuk Apakah? Menurut anta apa yang dimaksud dengan “BERHASIL” dan “GAGAL” dalam melakukasn sesuatu? Ana tunggu jawaban Anta Wassalamu’alaikum…

Afwan Jiddan sebelum nya karena tidak langsung ana balas sms nya seketika itu juga,  ada kekhawatiran apa yang ingin diungkapkan tidak tersampaikan dengan baik karena keterbatasan  komunikasi via sms ditambah bahasa tulisan yang  terkadang dapat menimbulkan miss interpretasi makna bila tidak diurai dengan jelas,..Namun Alhamdulillah saat ini Allah masih memberi nikmat kesempatan bagi ana untuk menulis catatan kecil ini sebagai pesan balasan untuk antum wahai Saudaraku…

Bissmillahirahmanirrahim….
Wa’alaikumsalam wa rahmatullahi wa barakatuh
Disaat ana menulis pesan balasan  ini Alhamdulillah ana dalam keadaan baik…semoga antum pun begitu, sekali lagi afwan jiddan karena tidak bisa sesegera mungkin untuk bisa menjawab pertanyaan antum, selain alasan yang ana sampaikan sebelumnya sebenarnya karena menurut ana ada ibrah yang ahsan  seandainya ini dijadikan sebuah catatan agar bisa di share ke saudara kita yang lain…

Ada Degup-an yang lain dari biasanya  ketika pertama kali ana membacanya …^_^  Berbagai macam pikiran terlintas, apakah antum sedang bingung, ragu, ada masalah yang berat kah… sehingga  isi pesan yang biasanya ana terima berupa Tausyiah-tausyiah yang menyemangati kini berubah menjadi sebuah “Pertanyaan”..ya “Petanyaan”… dan bukan pertanyaan biasa bagi ana… ^_^ pertanyaan yang kalimat nya sederhana,  Namun dari pertanyaan itu dapat dilihat bagaimana cara pandang hidup seseorang yang menjawab pertanyaan itu…dari pertanyaan itu kita bisa belajar tentang keimanan…Insya Allah…

Robbis rohlii shodrii, wa yassirlii amrii, wahlul 'uqdatam mil lisaani yafqohu qoulii
Ya Rabbku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku” (QS. Thoha: 25-28) 

Sebagian besar orang menganggap bahwa yang dimaksud  “KEBERHASILAN” itu adalah apabila hasil yang ia peroleh sesuai dengan  apa yang ia harapkan dan sebaliknya “KEGAGALAN” itu adalah apabila hasil yang ia peroleh tidak sesuai dengan  apa yang ia harapkan.

Ikhwati fillah ada yang harus kita fahami bahwa sesungguhnya Allah SWT tidak pernah  menilai sesuatu dari Hasil (Natijah) nya..sungguh apa-apa yang terjadi di dalam kehidupan kita Allah sudah mengetahui segalanya…

“Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi? Sesungguhnya yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab (al-Lauhul Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi Allah” (QS al-Hajj:70).

“Tiada sesuatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (al-Lauhul mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah” (QS al-Hadiid:22).   

Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam“Allah telah menuliskan/menetapkan ketentuan takdir semua makhluk sebelum Dia menciptakan langit dan bumi (selama) lima puluh ribu tahun HR Muslim (no. 2653)

Jadi…Ikhwatifillah  pada hakikat nya apapun hasil  yang kita peroleh terhadap sesuatu yang kita usahakan di hidup kita bukan lah suatu “KEGAGALAN” ataupun “KEBERHASILAN” kita cukup yakin dan berhusnuzon saja itu semua merupakan hasil  terbaik yang Allah berikan kepada kita karena semua itu sudah jauh lebih dulu Allah tetapkan sebelumnya atas kita,

Ikhwatifillah…yang terpenting adalah “PROSES”nya…menurut ana pribadi disanalah kita dapat mengetahui “KEGAGALAN’ dan “KEBERHASILAN” yang sesungguhnya…
bagi ana “KEGAGALAN” adalah ketika kita tidak bisa meluruskan niat diawal dan mempertahankan sampai pada akhir proses sesuatu yang kita usahakan selesai, Sebaliknya “KEBERHASILAN”  adalah ketika kita mampu konsisiten meluruskan niat kita terhadap sesuatu yang kita usahakan untuk kebaikan samapai akhir prosesnya, dan semua itu hanyalah Kita dan Allah saja yang mengetahuinya,

“Sesungguhnya setiap amalan hanyalah tergantung dengan niat-niatnya dan setiap orang hanya akan mendapatkan apa yang dia niatkan, maka barangsiapa yang hijrahnya kepada Allah dan RasulNya maka hijrahnya kepada Allah dan RasulNya dan barangsiapa yang hijrahnya karena dunia yang hendak dia raih atau karena wanita yang hendak dia nikahi maka hijrahnya kepada apa yang dia hijrah kepadanya”. (HR. Bukhari-Muslim) 

mengenai hasilnya toh..sudah jauh lebih dulu Allah tetapakan sebelumnya atas kita, apapun Hasilnya apakah sesuai atau tidak dengan harapan kita Insya Allah itu yang terbaik, sekali lagi kita cukup berhusnuzon kepada-Nya

Dari Abu Hurairah r.a, dia berkata bahwa Nabi saw bersabda : “Allah swt Berfirman “Aku sesuai persangkaan hamba-Ku kepada Ku, dan Aku bersamanya ketika dia mengingat-Ku. Jika dia mengingat-Ku  pada dirinya, Aku pun mengingatnya pada diri-Ku. Jika dia mengingat-Ku dalam kerumunan, Aku pun menyebut-nyebutnya di antara kerumunan yang lebih baik daripada mereka. Jika dia mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku pun mendekat kepadanya sehasta. Jika dia mendekat kepada-Ku sehasta Aku akan mendekat kepadanya Sedepa. Dan jika ia datang kepada-Ku dengan berjalan Aku akan dating kepadanya dengan berlari (H.R Bukhari-Muslim)  

Izinkan ana sedikit bercerita tentang pengalaman ana..Boleh Ya..^_^
Ini kisah ketika ana berusia sekitar 15 tahun saat itu baru lulus dari SMP dan akan masuk ke bangku SMA, peraturan pendidikan saat itu hanya memperbolehkan satu SMA Negri sebagai pilihan untuk diiukti Test dan dengan Standar NEM SMA Negri bersangkutan untuk bisa mengikuti test nya.,jadilah ini sebuah suatu yang penting yang harus ana usahakan dalam hidup, bagaimana tidak…seandainya ana gagal dalam Ujian masuk SMA Negri saat itu, terbayang ana harus sekolah di Sekolah Swasta yang biayanya tentu sangat Mahal disbanding dengan SMA Negri, terbayang bagaimana repotnya orangtua untuk membiayai sekolah ana seandainya ana gagal test ujian masuk sekolah negri saat itu.
Setelah menetapkan satu pilihan SMA Negri saat itu Ana berusaha semaksimal mungkin mempersiapkan diri untuk menghadapi Test Ujian Masuknya, tibalah saat ujian masuk itu, berbeda dengan siswa-siswa lain yang biasa-biasa saja saat itu ada yang tertawa-tawa bercanda dengan temannya dan macam-macam aktivitas lainnya, sampai detik-detik sesaat sebelum ujian dimulai pun ana masih sibuk membaca-baca buku untuk persiapan berharap dengan sangat akan bisa lolos Ujian itu (Sebenernya ini seh Cuma gaya masing-masing personal aja dalam menghadapi Ujian he..^_^), tapi saat itu sampe ada yang menertawakan ana sambil menyebut Judul buku yang ana baca kepada temen disebelahnya..lalu mereka tertawa bersamaan…~_~” “tidak peduli..yang penting berusaha” kata ana dalam Hati…sampai akhir ujian ana siswa terakhir yang tersisa di ruangan kelas , sempet bingung seh dengan waktu yang tersisa masih cukup bnyak tetapi mengapa semua siswa diruangan ana sudah pada selesai, Tidak peduli walaupun pengawas diruangan itu sudah marah-marah karena harus mengawasi Cuma hanya ana seorang tetapi toh waktu ujiannya kan belum selesai…~_~”…pokonya berusaha semaksimal mungkin..

Tibalah saat pengumuman…apa Hasilnya Ikhwatifillah? Alhamdulillah ‘alaa kulli Haal ~_~” ana termasuk siswa yang tidak lolos ujian ^_^ dari 1200 orang hanya 400 yang diterima, masih teringat sampai saat ini saat itu Ibu berusaha meyakinkan ke pihak administrasi sekolah itu apakah nama ana benar-benar tidak ada, sedih juga ~_~”kalo mengingat-ingat waktu itu, kecewa dan merasa “gagal” jelas..ya mau bagaimana lagi, yang penting  ana sudah berusaha maksimal walau hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan..

Belum selesai ceritanya…^_^ tau kah kalian Ikhwatifillah…kalo boleh meminjam kata-kata seorang teman “Memang sungguh indah rencana Allah bahkan terlalu indah untuk kita” walaupun akhirnya ana harus sekolah di SMA swasta, singkat cerita ana cukup berprestasi di kelas, Akrab dengan hampir semua guru-guru, pada tingkat tiga (kelas XII) ana mendapat beasiswa penuh selama satu tahun untuk sekolah tanpa dipunggut biaya sediktpun, disekolah yang saat itu belum terbentuk ROHIS akhirnya bersama rekan-rekan di sana saat itu kami menjadi generasi perintis berdirinya ROHIS di SMA, Subhanallah walhamdulillah wallahuakbar maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan? Memang sungguh indah nian rencana Allah, Ikhwatifillah bukan kah belum tentu semua nikmat tadi bisa ana dapatkan seandainya ana diterima di SMA negri, apakah tidak diterimanya ana di SMA negri kini menjadi sebuah “KEGAGALAN”?, teringatlah kini kita semua dengan firman Allah :
Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu me-nyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." (Al-Baqarah:216) 

Ikhwatifillah…pembahasan mengenai taqdir ini sebenarnya perlu kajian yang cukup mendalam dengan keterbatasan ana tidak akan mampu menjelaskannya secara baik,jadi sebagai tambahan ana ringkas artikel yang dibuat oleh Ustadz Abdullah Taslim, M.A dan Akh Adi Victoria (jangan Lihat Label Harokah nya ya ^_^ yang penting ilmunya)  mudah-mudah bermanfaat :

Iman kepada takdir dan ketentuan Allah Ta’ala bagi semua makhluk-Nya adalah salah satu prinsip dasar dan landasan utama agama Islam yang diturunkan oleh Allah Ta’ala kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka tidaklah keimanan seorang hamba akan benar di sisi Allah Ta’ala sehingga dia memahami dan meyakini masalah ini dengan benar  ( Lihat kitab “at-Tamhiid lisyarhi kitaabit tauhiid” (hal. 549)..
Hal ini disebabkan karena iman kepada takdir Allah Ta’ala secara khusus berkaitan erat dengan tauhid rububiyah (mengesakan Allah Ta’aladalam perbuatan-perbuatan-Nya yang khusus bagi-Nya, seperti mencipta, melindungi, mengatur dan memberi rizki kepada semua makhluk-Nya), sekaligus berkaitan dengan tauhid nama-nama dan sifat-sifat Allah Ta’ala, karena menakdirkan dan menetapkan adalah termasuk sifat-sifat kesempurnaan-Nya (Lihat keterangan Syaikh al-‘Utsaimin rahimahullah dalam kitab “al-Qaulul mufiid ‘ala kitaabit tauhiid” (3/159)

 Meskipun kita beriman kepada taqdir (ilmu) Allah SWT, janganlah mencampur adukkan antar “iman kepada taqdir” tersebut dengan “amal perbuatan manusia, Karena keduanya tidak ada hubungan sama sekali. Artinya, ilmu Allah (taqdir) tidak pernah memaksa seseorang untuk berbuat sesuatu dan juga tidak pernah memaksa seseorang untuk tidak berbuat sesuatu.

Rasulullah SAW telah melarang para sahabatnya mencampur-adukan pemahaman taqdir dengan amal perbuatan manusia yang dapat menyebabkan manusia tidak mau berusaha. Harus difahami bahwa ada perbedaan antara : Apa-apa yang harus diyakini dengan apa-apa yang harus dikerjakan.

Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Tidak ada seorangpun dari kalian kecuali Allah telah menetapkan tempatnya di surga atau tempatnya di neraka”. Para Sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, (kalau demikian) apakah kita tidak bersandar saja pada ketentuan takdir kita dan tidak perlu melakukan amal (kebaikan)? Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Lakukanlah amal (kebaikan), karena setiap manusia akan dimudahkan (untuk melakukan) apa yang telah ditetapkan baginya, manusia yang termasuk golongan orang-orang yang berbahagia (masuk surga) maka dia akan dimudahkan untuk melakukan amal golongan orang-orang yang berbahagia, dan manusia yang termasuk golongan orang-orang yang celaka (masuk neraka) maka dia akan dimudahkan untuk melakukan amal golongan orang-orang yang celaka”. HR al-Bukhari (no. 4666) dan Muslim (no. 2647).

 Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca (firman Allah Ta’ala): 
 “Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa (kepada-Nya), dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga), maka Kami kelak akan memudahkan baginya (jalan) yang mudah (kebaikan). Dan adapun orang-orang yang kikir dan merasa dirinya cukup (berpaling dari petunjuk-Nya), serta mendustakan pahala yang terbaik, maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar (keburukan)” (QS al-Lail:5-10).  

Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam“Ketahuilah, seandainya (seluruh) umat manusia bersatu untuk memberikan suatu manfaat (kebaikan) bagimu, maka mereka tidak mampu memberikan manfaat bagimu kecuali dengan suatu (kebaikan) yang telah Allah tetapkan bagimu. Dan seandainya mereka bersatu untuk mencelakakan kamu dengan suatu (keburukan) maka mereka tidak mampu mencelakakanmu kecuali dengan suatu (keburukan) yang telah Allah tetapkan akan menimpamu. Pena (untuk menuliskan segala ketentuan takdir Allah) telah diangkat dan lembaran-lembaran (tempat menuliskannya) telah kering” HR at-Tirmidzi (no. 2516) dan Ahmad (1/293), dinyatakan shahih oleh imam at-Tirmidzi dan Syaikh al-Albani rahimahullah

Perlu difahami bahwa apa yang telah tertulis di dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) tidaklah menunjukan bahwa Allah swt telah memaksa dalam perbuatan seorang hamba. Tidaklah demikian tafsirnya.melainkan hanya menunjukan bahwa betapa maha luasnya ilmu Allah tersebut. Dia mengetahui apa yang telah terjadi, sedang terjadi dan apa yang akan terjadi. Allah swt tidaklah zalim terhadap hamba-Nya.

Allah swt mengetahui bahwa hamba-hamba-Nya akan memilih dan melakukan sesuatu dan ketika Dia  menulis di Lauh Mahfuzh apa yang akan dipilih dan dilakukannya, maka Allah dalam menulis ini, hanya berdasarkan kepada ilmu-Nya yang meliputi dan menyeluruh. Ilmu Allah tidak pernah berubah. Ilmu Allah hanya mempunyai sifat inkisyaf (menyingkap) terhadap sesuatu yang telah lalu, saat ini dan akan datang. Ilmu Allah tidak memiliki sifat ijbar (memaksa) dan ta’tsir (mempengaruhi) sebagaimana halnya kemampuan dan kehendak-Nya. Jadi Allah mengetahui secara azali tentang hamba-Nya, bahwa ia akan memilih jalan kekufuran dan akan mati dalam kekufuran, tetapi ilmu Allah hanya memiliki sifat inkisyaf tidak memiliki sifat ijbar dan ta’tsir.

Allah telah memberikan pilihan bagi manusia untuk berbuat. Apakah dia berbuat baik atau jahat (melanggar perintah dan larangan Allah). Dan perbuatan itu yang nantinya akan di hisab.

Karena tak ada seorangpun manusia yang tahu apa yang telah tertulis bagi dirinya di lauhul mahfudz. Karenanya tidak bisa dibenarkan jika ada seorang yang berkata : “saya berbuat begini karena telah dituliskan oleh Allah SWT di lauhul mahfudz harus berbuat begini”. Karena darimana ia tahu bahwa Allah telah menuliskan perbuatan itu baginya di lauhul mahfudz???

sekali lagi, adanya catatan di lauhul mahfudz itu tidaklah bisa dikatakan bahwa Allah telah menetapkan perbuatan itu tanpa kecuali sehingga manusia cukup berdiam diri saja. Jelas tidak benar! Para ‘ulama sepakat bahwa apa yang tertulis di lauhul mahfudz itu hanya menunjukan betapa maha luasnya ilmu Allah terhadap apa-apa yang telah Dia ciptakan, baik alam semesta, manusia dan kehidupan. (Akhir Kutipan)

So…tetap beramal ya Ikhwatifillah…
Dan katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan". (Q.S At-Taubah :105)

Karena Allah swt telah mengilhamkan kepada kita dua Hal
maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya  (Q.S Asy-Syam : 8)  
Tinggal kita pilih jalan Kefasikan (Fujuur) atau jalan Ketaqwaan.

Sebagai penutup :
“Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, semua urusannya baik baginya dan kebaikan itu tidak dimiliki kecuali oleh seorang mukmin. Apa bila ia mendapat kesenangan ia berSYUKUR dan itulah  yang terbaik untuknya. Dan apabila mendapat musibah ia berSABAR dan itulahyang terbaik untuknya.” (shahih muslim no. 7500 hal. 1295)

Ya..ada dua Kuncinya SABAR dan SYUKUR atas segala  apa yang terjadi dalam kehidupan kita, karena kita seorang mukmin Insya Allah

Alhamdulillah…Akhirnya selesai juga catatan  ini…^_^  cukup panjang mudah-mudahan ngga pusing bacanya,jangan segan kalo ada kesalahan yang harus diliuruskan, oya dah mau masuk bulan Rajjab neh jangan lupa pada baca do'a ini ya :
allahuma bariklana fii rajaba wa sya'bana, wa ballighna ramadhan

Al haqqu min Rabbik fa laa taquunanna minal mumtarin, Wallahu a’lam bi shawab
Wassalamu’alaikum wr wb

                                                                                   Bumi Allah, 29 Jumadil Akhir 1432 H
                                                                                           Muhammad Haritzahzen




Tidak ada komentar: